Home » Gaya Hidup, Tempat Nongkrong » Wisata Malam di Jogja yang Selalu Bikin Kangen

Jalan-Jalan ke Jogja

Wisata Malam di Jogja yang Selalu Bikin Kangen



istimewa

Sedikit yang bisa didapatkan dari Jogjakarta siang hari. Paling tidak hanya tempat wisata alam, belanja, dan jejak sejarah,bersaing dengan bisingnya kota dengan klakson dan deru kendaraan yang menggebu. Tak banyak.

Tapi, berbeda dengan malam hari.Banyak tempat yang barangkali kalah indah dengan wisata di siang hari, namun menawarkan sesuatu yang jauh lebih berharga: ingatan dan rasa kangen. Sebab, pada malam hari, Jogjakarta menunjukkan wujud aslinya yang bakal membuat Anda tiap saat selalu ingat pada kota ini. Orang-orang berkumpul, saling sapa sambil menikmati makanan, minuman, dan renyahnya suara musisi jalanan dengan wajah yang teramat bahagia.

Contohnya adalah tujuh tempat di bawah ini.Tempat yang membuat Anda bakal selalu kangen pada Jogja dan membuat ingatan akan selalu terjaga.

Bukit Bintang

Bukit Bintang berada di daerah Pathuk, Gunungkidul.Nama asli Bukit Bintang adalah Bukit Hargo Dumilah. Bukit setinggi 150 meter di atas permukaan laut ini mendapatkan julukan Bukit Bintang karena dari bukit ini kita bisa menyaksikan indah pemandangan Jogja dengan kerlap-kerlip lampunya yang sepintas mirip ketika kita melihat bintang di langit. Kerlip cahaya yang kita lihat di Bukit Bintang ini merupakan kerlip lampu dari kota Jogja. Bukit Bintang sangatlah cocok dikunjungi selepas petang.

Pada waktu petang tersebut, perlahan-lahan lampu-lampu di Jogja mulai dinyalakan satu persatu dan tak lama kemudian hamparan lampu-lampu pun mulai menyala dan menjelma menjadi sebuah pemandangan yang indah.

Selain menikmati indahnya pemandangan di Bukit Bintang para pengunjung juga bisa menikmati jagung bakar, roti bakar maupun pisang bakar yang ditemani dengan minuman hangat untuk melawan dinginnya malam. Buruan ajak pasanganmu untuk menikmati indahnya pemandangan malam hari kota Jogja yang dilihat dari Bukit Bintang.

Alun-Alun Selatan

Alun-alun Selatan merupakan salah satu tempat wisata yang layak dikunjungi saat malam hari di Jogja. Salah satu hal yang bisa dilakukan saat berwisata malam di Alun-alun Selatan adalah mengenjot sepeda yang dihiasi dengan berbagai macam lampu. Berbagai jenis sepeda hias pun bisa disewa oleh pengunjung. Dari yang berbentuk sepeda biasa, sepeda tandem, berbentuk kereta hingga berbentuk mobil. Mengenjot sepeda hias sambil memutari Alun-Alun Selatan merupakan

Jika bosan dengan bersepada hias, pengunjung juga bisa menikmati permainan Masangin. Permainan Masangin ini merupakan salah satu permainan yang banyak dilakukan oleh pengunjung di Alun-alun Selatan. Permainan Masangin adalah permainan melintasi dua pohon beringin yang berada di tengah-tengah Alun-alun Selatan dengan mata ditutup. Jika berhasil melewati dua beringin tepat ditengah-tengah dipercaya orang tersebut memiliki hati yang bersih dan keinginannya bisa terkabul. Meskipun permainan Masangin terlihat mudah namun jarang ada pengunjung yang berhasil melintasi dua pohon beringin tersebut. Biasanya akan melenceng atau justru akan menabrak tembok penutup pohon beringin tersebut.

Selain bersepeda hias dan bemain Masangin, para pengunjung pun juga bisa menikmati berbagai jajanan yang dijajakan di pinggir Alun-alun Selatan. Dari menu penyetan, angkringan, jagung bakar, pisang bakar dan wedang ronde bisa dipesan di warung-warung yang berjualan di Alun-alun Selatan.

Kawasan Titik Nol Kilometer

Rasanya tak lengkap jika sudah berkunjung ke Jogja namun tak menyempatkan diri mampir di Kawasan Titik Nol Kilometer. Titik Nol Kilometer berada di perempatan Kantor Pos Besar Jogjakarta. Banyak hal yang ditawarkan dari wisata malam di Kawasan Titik Nol dari sekedar nongkrong hingga bernarsis ria. Di Kawasan Titik Nol ini banyak obyek yang bisa digunakan untuk berfoto.

Berbagai gedung tua seperti Gedung Bank Indonesia (BI), Gedung Kantor Pos, Gedung BNI maupun Gedung Istana Negara bisa dijadikan sebagai back ground foto untuk mengabadikan moment saat mengunjungi Jogja. Selain berfoto dengan back ground gedung tua, pengunjung juga bisa berfoto dengan aneka “hantu” yang ada di Kawasan Titik Nol. “Hantu-hantu” ini bukanlah hantu yang sebenarnya. “Hantu” yang ada di Titik Nol ini merupakan manusia yang didandani layaknya hantu seperti Kuntilanak, Pocongan maupun Suster Ngesot.

Tugu Jogja

Tugu Jogja merupakan salah satu ciri khas dari Kota Jogja. Tak heran banyak pengunjung Kota Jogja yang menyempatkan diri berfoto dengan tugu Jogja sebagai back groundnya. Jika malam hari, kawasan Tugu Jogja ramai dikunjungi oleh pengunjung yang ingin berfoto.

Tugu Jogja sendiri sudah ada sejak oleh Sultan Hamengku Buwono I setahun setelah berdirinya Kraton Jogjakarta. Pada awal berdirinya, Tugu Jogja merupakan simbolisasi dari Manunggaling Kawula Gusti atau bersatunya masyarakat dengan Kraton. Dahulu bentuk Tugu Jogja berbeda dengan Tugu Jogja yang ada saat ini.

Sebelum mengalami perubahan bentuk, Tugu Jogja dulunya berbentuk tiang berbentuk silinder (giling) dan puncaknya berbentuk bulat (golong) sehingga dahulu disebut dengan Tugu Golong Giling. Tugu Golong Giling ini memunyai tinggi sekitar 25 meter. Tugu Golong Giling berubah bentuk menjadi seperti saat ini setelkah terjadi gempa pada 10 Juni 1867. Akibat gempa tersebut Tugu Golong Giling pun rubuh. Pada tahun 1889, Pemerintah Belanda kemudian merenovasi bangunan Tugu itu.

Tugu yang baru dibuat dengan bentuk persegi dengan tiap sisi dihiasi semacam prasasti yang menunjukkan siapa saja yang terlibat dalam renovasi itu. Bagian puncak tugu tak lagi bulat, tetapi berbentuk kerucut yang runcing. Ketinggian bangunan juga menjadi lebih rendah, hanya setinggi 15 meter atau 10 meter lebih rendah dari bangunan semula. Sejak saat itu, tugu ini disebut juga sebagai De Witt Paal atau Tugu Pal Putih.

Malioboro

Kawasan Malioboro merupakan salah satu kawasan legendaris di Kota Jogja. Rasanya tak lengkap apabila berkunjung ke Jogja namun belum mampir mengunjungi Kawasan Malioboro. Di siang hari, Malioboro merupakan kawasan perdagangan. Berbagai macam toko dan pedagang kaki lima membaur menjadi satu di Malioboro. Aneka macam batik, kebutuhan sehari-hari maupun oleh-oleh khas Jogja dijual belikan di kawasan Malioboro.

Di malam hari, saat toko-toko dan pedagang kaki lima mulai tutup, Malioboro pun berganti menjadi tempat kuliner. Berbagai macam warung lesehan pun menawarkan aneka makanan khas Jogja seperti Gudeg. Nikmatnya makanan yang disajikan dari warung lesehan di Malioboro sembari ditemani alunan musik dari pengamen Malioboro menjadi salah satu alasan kenapa harus mengunjungi Malioboro di malam hari.

Ramayana Ballet

Menikmati pertunjukan sendratari Ramayana di kawasan Candi Prambanan yang berada di ujung timur Jogjakarta tentu merupakan salah satu wisata malam yang ditawarkan kepada pengunjung. Perpaduan tarian Jawa yang menceritakan kisah Ramayana dengan pemandangan indah Candi Prambanan tentunya sangat sayang untuk dilewatkan.

Sendratari Ramayana dimulai sekitar pukul 19.30 WIB dan akan berakhir sekitar pukul 21.30 WIB. Cerita Ramayana dimulai ketika Prabu Janaka mengadakan sayembara untuk menentukan pendamping Dewi Shinta (puterinya). Sayembara ini akhirnya dimenangkan oleh Rama Wijaya. Cerita kemudian dilanjut dengan petualangan Rama, Shinta dan adik lelaki Rama yang bernama Laksmana di Hutan Dandaka. Di hutan itulah mereka bertemu Rahwana yang ingin memiliki Shinta karena dianggap sebagai jelmaan Dewi Widowati, seorang wanita yang telah lama dicarinya.

Untuk menarik perhatian Shinta, Rahwana mengubah seorang pengikutnya yang bernama Marica menjadi Kijang. Usaha itu berhasil karena Shinta terpikat dan meminta Rama memburunya. Laksama mencari Rama setelah lama tak kunjung kembali sementara Shinta ditinggalkan dan diberi perlindungan berupa lingkaran sakti agar Rahwana tak bisa menculik. Perlindungan itu gagal karena Shinta berhasil diculik setelah Rahwana mengubah diri menjadi sosok pendeta.

Di akhir cerita, Shinta berhasil direbut kembali dari Rahwana oleh Hanoman, sosok kera yang lincah dan perkasa. Namun ketika dibawa kembali, Rama justru tak mempercayai Shinta lagi dan menganggapnya telah ternoda. Untuk membuktikan kesucian diri, Shinta diminta membakar raganya. Kesucian Shinta terbukti karena raganya sedikit pun tidak terbakar tetapi justru bertambah cantik. Rama pun akhirnya menerimanya kembali sebagai istri.

Pasar Kembang

Pasar Kembang atau biasa disingkat dengan Sarkem merupakan daerah prostitusi di Jogja. Sarkem berada tepat di sebelah selatan Stasiun Tugu. Kawasan Sarkem ramai dikunjungi oleh para pengunjung saat malam hari. Jika memasuki kawasan Sarkem kita seakan akan melihat sisi lain dari Kota Jogja. Banyak yang menjajakan diri di kawasan Sarkem ini tentu merupakan sisi lain dari wisata malam di Jogja.

Facebook Twitter Share on Google+