Jogjapedia
The Clurit Syndrome: Sebutan Beken Para Garong di Jogjakarta Tahun 80an
Sebagai salah satu kota besar di Indonesia tentu saja Jogjakarta tidak akan bisa lepas dari berbagai masalah, mulai dari masalah ekonomi, pendidikan, sosial, dan sebagainya. Salah satu masalah yang dihadapi Jogjakarta adalah masalah sosial yang berdampak pada naiknya jumlah kriminalitas.
Kasus kriminalitas seperti copet, jambret, dan garong sempat membuat resah warga Jogja. Pada tahun 1981 masyarakat di Jogja dibuat takut dengan maraknya garong yang berkeliaran.
Modus yang digunakan para garong di Jogja kala itu, yakni langsung menyergap mangsa yang sudah diuntitnya, kemudian mengancam sang korban dengan sebilah Celurit. Pada kala itu, yang menjadi mangsa favorit para garong, adalah pengendara sepeda motor jenis Honda GL dan Yamaha RX.
Karena maraknya kasus pencluritan, sampai-sampai kasus kriminal yang menggunakan clurit ini diberi nama “The Clurit Syndrome”. Munculnya “The Clurit Syndrome” ini menarik keprihatinan banyak pihak. Sehingga banyak orang yang mulai mencoba mengurai apa sebab muncul dan semakin meningkatnya kriminalitas di Jogjakarta.
Richard Napitupulu,seorang yang mengikuti fenomena ini, mencoba menguraikan masalah tersebut. Menurutnya ada kemungkinan bahwa clurit menjadi salah satu jalan bagi para kriminil, setelah senjata api dilarang. Selain itu, semakin sempitnya lapangan pekerjaan membuat masyarakat frustasi, sehingga memaksa mereka untuk mengambil “jalan pintas”.
Pangkowilhan II kala itu, Letjen Wiyogo, sebagimana yang dituliskan SKH KR tahun 81, seorang yang pernah menjabat sebagai komandan kompi pasukan pengaman kota Jogjakarta, menyebutkan banyaknya kasus kriminalitas di Jogjakarta dengan ini dengan “Kebringasan Sosial”.
“Kebringasan Sosial” sosial ini dipengaruhi karena mulai lunturnya rasa gotong-royong, serta makin dominannya sikap individualisme di masyarakat. Sehingga untuk menangani kasus kriminal harus melihat hal-hal yang ada di balik layar. Misalkan saja kasus pencluritan, bukan hanya soal bagaimana “mengerem” cluritnya, tapi juga mendeteksi gejala-gejala yang ada di balik layar, dan mengatasinya.