Jogjapedia
Kamadu, Daun Penyiksa Banteng Sultan dari Jawa
Tumbuhan di Pulau Jawa tak hanya dapat menghidupi orang-orang yang tinggal di sekelilingnya. Ada beberapa tumbuhan yang dapat membunuh manusia atau binatang Jawa. Kamadu salah satunya. Tumbuhan Kamadu memiliki daun dengan kandungan racun tinggi yang mampu membuat kulit panas dan mengelupas dengan cepat.
Seorang ahli tanaman, Dr. Thunberg, sebagimana diceritakan John Joseph Stockdale dalam The Island of Java mengakui dahsyatnya kandungan racun yang terdapat dalam Kamadu. Bahkan ia memberi julukan Kamadu dengan Urtica Stimulans, yang berarti perangsang rasa gatal. Daun ini memiliki duri runcing yang transparan sehingga ketika mengenai kulit akan menyebabkan iritasi.
Abad ke-18 di Jawa, khususnya Jogjakarta, daun kamadu akrab dengan Kraton. Bukan untuk dikonsumsi atau dijadikan hidangan penutup Sultan, namun menjadi bagian dalam tradisi pertarungan binatang. Pada tulisan berjudul Rampogan: Gladiator Ala Kraton Jogja di Jogjapedia telah diceritakan bahwa salah satu hobi Sultan adalah menonton pertarungan binatang. Biasanya binatang yang diadu adalah macan dengan banteng.
Stockdale, dalam The Island of Java menceritakan bagaimana kamadu terlibat dalam tradisi budaya ini. Ketika para Raja bersama pejabat Belanda telah duduk di kursi masing-masing dan Alun-Alun berjejal dengan rakyat yang ikut menyaksikan pertarungan ini, genderang segera ditabuh. Para penjaga siap-siap menarik pintu kandang kedua binatang ke atas. Bagi banteng, inilah yang saat yang paling menyakitkan. Sebelum masuk ke arena, punggung banteng digosok dengan kamadu sampai terasa efeknya.
Begitu banteng mulai terlihat kesakitan dan hendak loncat-loncat, para penjaga langsung membuka pintu kandang. Banteng, yang keluar kandang dengan rasa sakit karena digosok kamadu bergerak tanpa arah dan mulai menyeruduk macan yang juga dikeluarkan dari kandang setelah terlebih dahulu kandangnya dilempari api.