Kampus
Birokrasi Kampus Jangan Persulit Mahasiswa
Peristiwa naas yang menimpa Yanuar, calon mahasiswa asal Purworejo yang batal kuliah karena berkasnya dicuri jadi perbincangan hangat di media sosial. Yanuar, yang kala itu shalat di Sosrowijayan kehilangan tas berisi berkas yang sebenarnya akan digunakan untuk mendaftar ulang di UNY.
“Ketika datang ke kampus pada 23 Juli, menurut bagian penerimaan, saya masih bisa mengakses website untuk registrasi. Setelah diisi, ternyata tidak terdaftar dan ketika dikonfirmasi, dinyatakan gugur,” kata Yanuar.
Legiono, orang tua Yanuar mengatakan bisa memahami adanya birokrasi kampus yang membuat anaknya tak bisa berkuliah, Ia membenarkan tentang prosedural kelengkapan berkas dan lain sebagainya. Namun, ia berharap kasus Yanuar mampu membuat pihak rektorat untuk menerapkan sistem yang lebih manusiawi.
“Misalnya saja diberi kelonggaran waktu. Soalnya ini bukan kesalahan Yanuar. Bayangkan kalau ke depan terjadi kasus yang sama,” ujarnya.
Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Jogja mengikuti kasus yang menimpa Yanuar tersebut. Disampaikan Krisna, Sekretaris KNPI Jogja, bahwa kasus itu menandakan bahwa dalam realita kekinian birokrasi kampus masih belum memfasilitasi mahasiswa. Hal itu juga membuat banyak mahasiswa yang juga generasi muda sulit meraih terget dalam akademi dan menghambat pembangunan intelektual yang humanis.
“Humanis di sini saya definisikan sebagai sifat simpati dan berperasaan. Sebagai institusi pendidikan, harusnya mencontohkan hal itu pada maba atau camaba. Bukan kaku dan terus-terusan mengikuti prosedural yang pada akhirnya merugikan. Saya kira sudah saatnya ada perombakan birokrasi kampus. Jangan lagi memersulit mahasiswa,” ujarnya.