Survei 100
Survei 100: Rektor Antikritik Dipecat Saja
Tiap kampus berkewajiban memberikan pendidikan pada mahasiswanya. Pendidikan pun tidak hanya melulu soal akademis. Kritik merupakan bagian dari pendidikan itu sendiri yang wajib ditularkan pihak kampus demi perbaikan-perbaikan di masa depan. Untuk itu diperlukan pemimpin kampus, dalam hal ini Rektor dan pejabat rektorat yang benar-benar mampu mengimplementasikan pendidikan,khususnya kritik dan bukan sekadar wacana.
Dari survei terhadap 100 orang mahasiswa di empat Perguruan Tinggi (PT) di Jogjakarta , 87% atau 87 mahasiswa memilih jawaban pemecatan terhadap Rektor yang anti atau takut dikritik. Sedangkan 10 menjawab diajak dialog, dan 3 mahasiswa menjawab diluruskan pikirannya.
“Pemerintah, dalam hal ini si Menteri harus selektif dalam milih Rektor. Senat juga. Jangan karena faktor kedekatan atau melihat penampilannya saja terus milih rektor. Kalau antikritik terus otoriter, pendidikan di kampus bakal mati. Hanya satu arah,” jelas Nanda, mahasiswa S1 di salah satu PTN.
Menjawab pertanyaan bagaimana cara kritik dari mahasiswa disampaikan, 31% menjawab melalui kotak saran, 27% menjawab lewat BEM, 39% melalui pers kampus, dan 3% disampaikan langsung ke Rektor dengan tatap muka. “Kalau Rektornya benar, pasti nggak takut dan menerima kritik dengan ikhlas,” tambah Luqman, seorang mahasiswa salah satu PTN.