Ekonomi
Paku Alam IX: Warga Harus Ubah Pola Pikir Senang Miskin
Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jogjakarta, Tavip Agus Rayant, membeberkan tentang data kemiskinan di Jogjakarta. Menurutnya selama 10 tahun terakhir, penurunan angka kemiskinan di Jogjakarta tidak mampu mencapai 1 %.
“Pengurangan kemiskinan di Jogjakarta itu rata-rata hanya antara 0,41 % hingga 0,44 %. Tapi indeks kesejahteraannya naik,” ujar Tavip.
Dari data Bappeda, indeks Pembangunan Manusia (IPM) DIY menduduki peringkat 2 Nasional. Hasil ini naik dari sebelumnya yang hanya berada pada peringkat 4 Nasional. Hal ini menurutnya tidak terlepas dari sejumlah program kemiskinan yang sudah dijalankan. “Misalnya BKK, mandiri pangan, dan lain sebagainya,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jogjakarta, Sri Paduka Pakualam IX, dalam sambutannya di acara yang sama mengatakan bahwa mengatasi kemiskinan di Jogjakarta masih tergolong sulit. Salah satu penyebabnya adalah pola pikir sebagian masyarakat yang senang dengan status miskin.
“Tak kunjung selesainya pengentasan kemiskinan di Jogja, karena pola pikir masyarakat yang senang dengan status miskin. Karena dengan status tersebut akan banyak dapat bantuan,” jelasnya.
Untuk itu Paku Alam mengharapkan agar masyarakat mau dan mampu mengubah pola pikir tersebut. Sebab hal itu mendukung berbagai program pengentasan kemiskinan.
“Peran semua pihak sangat dibutuhkan, seperti pemerintah dan kesadaran dari masyarakat. Pengentasan kemiskinan juga tidak hanya melalui pendekatan ekonomi saja, tapi juga sosial budaya,” tambahnya.