Setelah 96 Tahun, Kongres Budaya Jawa Kembali Digelar
Setelah terakhir kalinya dilaksanakan pada 1918, Kongres Budaya Jawa kembali digelar pada 10-12 November mendatang. Rencananya kongres akan dilaksanakan di ISI Surakarta. Menurut Ketua Kongres Budaya Jawa sekaligus Gubernur Jawa Tengah periode 1998-2003, Mardiyanto, konres akan diisi dengan pidato seluruh Gubernur di Jawa terkaut pelestarian kebudayaan.
“Rencananya kongres akan digelar 10-12 November. Terakhir kali sudah lama sekali. Dalam kongres nanti semua Gubernur di Pulau Jawa akan berpidato tentang upaya pelestarian kebudayaan Jawa dalam kehidupan sehari-hari,” katanya, Jumat (3/10) di Jogjakarta setelah bertemu Sultan Hamengkubuwono X.
Mardiyanto menjelaskan bahwa kongres ini merupakan agenda penting bagi generasi muda. Sebab dengan menghadiri kongres ini, para generasi muda tahu apa saja dan bagaimana posisi kebudayaan Jawa yang kini tengah terpinggirkan. Selain itu kongres ini juga menjadi pemantapan kebudayaan bagi masyarakat.
“Semoga saja kebudayaan Jawa yang sarat petuah ini akan mengisi hati para generasi muda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,”pungkasnya.
Sementara itu Sri Sultan sendiri mengatakan bahwa salah satu contoh upaya pelestarian kebudayaan Jawa adalah dengan batik. Sultan mengimbau agar masyarakat, khususnya generasi muda tak perlu sungkan lagi memakai batik dalam kehidupan sehari-hari. “Jadi nggak usah nunggu instruksi, pakailah batik,” tegas Sultan.
Kongres Budaya Jawa sendiri pertama kali dilaksanakan pada 1918 atas prakarasa Mangkunegoro VII. Sebelumnya, datang surat dari Batavia kepada Boedi Oetomo agar menyelenggarakan suatu kongres bahasa Jawa, namun Mangkunenegoro menginginkan agar kongres tersebut menjadi Kongres Kebudayaan saja. Usulan ini segera dilaksanakan dengan nama Congres voor Javaansche Cultuur Ontwikkeling atau KongresPengembangan Kebudayaan Jawa, pada 5 Juli 1918 di Kepatihan Mangkunegara Surakarta