Film
Produser Bantah Film Garuda 19 Eksploitasi Timnas
Mulai hari ini, Minggu (12/10) film Garuda 19 resmi diperkenalkan di sejumlah bioskop. Film ini berkisah tentang perjalanan Timnas U-19 sejak Pelatnas hingga menjuarai Piala AFF dan menuju Piala Asia. Film ini banyak mendapat ragam tanggapan dari penonton. Ada yang bilang bagus, ada pula yang menilai bahwa film ini hanya bagian dari eksploitasi timnas.
Produser Garuda 19, Avesina Soebli membantah anggapan bahwa film yang ia buat tentang perjalanan Timnas U-19 menuju Piala Asia U-19 hanya berisi pujian pada Evan Dimas dkk belaka. Ia menegaskan bahwa film yang diadaptasi dari buku Semangat Membatu karya FX Rudy Gunawan dan Guntur Cahyo Utomo ini bukan mengeksploitasi para punggawa Timnas, namun berisi motivasi semangat kehidupan.
“Sama sekali nggak berisi soal pujian-pujian ke pemain Timnas. Di film ini kita bisa belajar banyak tentang hidup dari pemain Timnas,” ujarnya, Minggu (12/10) saat menggelar jumpa pers dan nonton bareng film Garuda 19 di XXI Jogjakarta.
Sementara itu menurut Ardyan Muhammad Erlangga, kritikus film asal Jogja, film yang mengangkat tentang kisah Timnas U-19 dirasa berlebihan. Sebab,menurutnya, aspirasi kesuksesan jangan dibatasi sebatas Timnas saja. “Berlebihan sih, prestasinya juga biasa. Film bola itu penting, tapi jangan timnas. Soalnya aspirasi kesuksesan bukan timnas, bukan nasionalisme semu,” katanya.
Begitu juga dengan pengamat sepakbola dari Football Fandom, Eddward Samadyo. Bagi Edo, sapaan akrabnya, Timnas U-19 belum pantas dibikin film populer. Bagi Edo, kalau mau bicara manfaat, jauh lebih baik membuat film dokumenter soal Timnas ketimbang Pop.
“Sebenarnya nggak apa-apa sih, cuma jauh lebih baik kalau dibuat film dokumenter. Gimana mereka latihan, gimana metode Indra Sjafrie, dan sebagainya. Full dokumenter, jauh lebih bermanfaat ketimbang film pop,” ujarnya.