Sejumlah Seniman Turut Berikan Penghormatan Terakhir Pada Bakdi Soemanto

Istimewa

Sejumlah seniman turut mengikuti prosesi penghormatan terkahir pada budayawan Bakdi Soemanto di Balairung UGM, Senin (13/10). Ada Azwin, seniman teater yang cukup senior dan Butet Kertaredjasa. Mereka juga merasa kehilangan atas kepulangan Bakdi Sabtu (11/10) lalu di RS Panti Rapih.

Azwin misalnya, merasa bahwa ia kehilangan sosok guru sekaligus teman saat sama-sama bergelut di Teater Alam yang dipimpin Bakdi. Bagi Azwin, Bakdi adalah seniman sekaligus motivator yang handal. “Saya ingat dulu kita nggak pernah dibilang bagus sama almarhum saat latihan. Itu menjadi motivasi tersendiri dan kami pun berlatih keras agar diakui almarhum. Pelajaran yang sangat berharga sekali,” ingat Azwin.

Begitu juga dengan Butet Kertaredjasa. Meski kehilangan, Butet yakin bahwa akan lahir penerus Bakdi Soemanto dalam dunia seni dan sastra. “Almarhum merupakan teladan dalam akademis maupun kehidupan sehari-hari. Saya yakin akan banyak lahir Bakdi Soemanto lainnya setelah kepulangan beliau,” ujarnya.

Setelah diberi penghormatan terakhir di UGM, alhamrhum segera dikebumikan di makam keluarga besar UGM di Sawitsari. Semasa hidup, Bakdi kerap menulis untuk media dan melahirkan sejumlah karya sastra, seperti kumpulan cerpen Dari Kartu Natal ke Doktor Plimin (1979) dan Mincuk (2004), kumpulan puisi Bibir (2002) dan Kata (2006), juga kumpulan naskah drama Majalah Dinding (2006).