Sosial
Dari Jogja, Gerakan Ayo Dengar Radio Diluncurkan
Di era persaingan media yang semakin sengit, siaran radio masih terasa gaungnya. Media radio yang pernah berjaya di era keemasan pada tahun 70-80 an, hingga kini di masih tetap memiliki pendengar setia. Terlebih lagi dengan adanya konvergensi radio dengan internet yang makin memperluas pasar dan memudahkan masyarakat mengakses siaran radio.
Hal ini disampaikan oleh Harley Prayudha,Praktisi dan Peraih Gelar Doktor bidang radio dalam Peluncuran Gerakan Ayo Dengar Radio,Rabu (15/10 ) di Jogjakarta.Gerakan ini didukung oleh 21 radio di Jogja dan bertujuan untuk makin meningkatkan gairah mendengar radio di semua kalangan.Aksi gerakan ini akan dilakukan secara terus menerus oleh 21 radio yang mewakili semua segmen pasar di Jogja.
Gerakan yang dibentuk di Jogja ini mendapat apresiasi dari sejumlah pegiat radio. Tak hanya di Jogja saja, apresiasi juga datang dari pegiat radio di luar pulau Jawa. Aristides Wasesa, misalnya, ppenyiar radio senior di Kalimantan Selatan menyampaikan bahwa gerakan ini patut ditiru oleh pegiat radio lain di daerah.
“Radio itu bagian dari perjuangan. Kalau nggak ada radio, kabar kemerdekaan Indonesia tidak akan pernah sampai ke daerah. Radio itu juga romantisme. Di mana lagi bisa saling sapa, titip salam, berkirim lagu selain kertas atensi di Radio? Ini sangat bagus dan patut diapresiasi,salut buat kawan-kawan di Jogja,” kata penyiar Borneo FM sejak tahun 2000an ini.