Sepakbola
Terpeliharanya Kekerasan antar Suporter Upaya Penjauhan Kebobrokkan Sistem?
Kekerasan antar suporter kerap terjadi di persepakbolaan Indonesia. Misalnya saja yang terjadi baru-baru ini, di mana suporter PSCS tewas setelah diserang sejumlah oknum suporter PSS Sleman yang dilanjutkan dengan tewasnya salah seorang suporter Persis Solo dalam kerusuhan saat menjamu Martapura FC.
Oleh pengamat sepakbola, banyaknya kekerasan antar suporter di Liga Indonesia dinilai sudah sangat terpelihara. Zen RS, misal, mengatakan bahwa kekerasan antarsuporter menandakan adanya keliaran yang massif dan terstruktur. Ia mencontohkan Divisi Utama yang baru-baru ini tengah disorot karena kekerasan dan sepakbola gajah.
“Ada keliaran yang massif dan terstruktur di Divisi Utama. Dalam dua pekan, ada dua peristiwa kekerasan yang bedampak pada kematian suporter. Ini menambah panjang kekerasan lainnya. Apa yang terjadi dalam laga PSS Sleman melawan PSIS kemarin juga berhubungan dengan keliaran tersebut,” kata Zen.
Fajar Junaedi, Dosen Komunikasi UMY sekaligus penulis buku Konflik Multikultur di Balik Gemerlap Sepakbola (2008), Anak Muda, Suporter, Media Sosial dan Rekonsiliasi (2011), dan Sepak Bola sebagai Komunikasi Politik sejalan dengan Zen. Ia curiga bahwa kekerasan antar suporter di Indonesia cenderung dipelihara sebagai upaya menjauhkan suporter dari permasalahan yang sebenarnya dalam persepakbolaan Indonesia.
“Kekerasan suporter di Indonesia ini sekan dipelihara. Jangan-jangan memang dipelihara untuk menjauhkan suporter melek permasalahan yang sebenarnya. Jangan-jangan dipelihara agar suporter tidak teralihkan sifat kritisnya agar tidak melihat bahwa ada yang salah dengan sistem,” ujarnya dalam diskusi Buku Sepakbola yang digelar Football Fandom di sebuah cafe bilangan Jalan Affandi, Rabu (29/10) malam.