Budaya
Kebijakan SNI Rugikan Pembuat Mainan Tradisional di Jogja
Pembuat mainan tradisional di Jogjakarta, khususnya di Kabupaten Bantul merasa dirugikan akibat rencana kebijakan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang dikeluarkan Kementrian Perindustrian. Pasalnya, kebijakan yang mengatur tentang standar nasional mainan tersebut memuat banyak persyaratan yang dirasa sulit dipenuhi oleh para pembuat mainan tradisional.
“Sulit untuk memenuhi sejumlah syarat SNI seperti kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan International Organization for Standardization (ISO). Para pembuat mainan juga sudah tidak muda lagi,” terang Sulistyanto, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kabupaten Bantul, Minggu (19/10).
Selain soal syarat, rencana kebijakan SNI juga bakal membuat mainan tradisional anak punah. Sebab, pembuat mainan yang tidak memiliki standar SNI tidak akan dilirik. “Omset mereka perbulan hanya sekitar Rp300 ribu sampai Rp600 ribu. Kalau ada SNI, omset mereka pasti berkurang,” tambahnya.
Sejumlah sebab yang dikemukakan Sulis membuatnya berharap agar pemerintah pusat bisa memikirkan ulang kebijakan tersebut. Jika mainan tradisional punah, maka Jogjakarta akan kehilangan salah satu kebudayaan dan daya tarik wisatanya.
“Kalau bisa malah dibatalkan. Tapi kalau bersikeras dibuat juga, saya harap pembuat mainan tradisional mendapat sejumlah fasilitas dan kemudahan untuk mendapatkan SNI,” harap Sulis.
Mainan tradisional di Jogjakarta memang sudah terancam punah. Kemajuan teknologi, diduga menjadi salah satu penyebab selain adanya kebijakan SNI dari pemerintah pusat. Kegelisahan ini pula turut dirasakan sejumlah mahasiswa Sejarah UNY yang membuat pameran mainan anak tradisional beberapa waktu lalu.
“Memang menggelisahkan. Padahal mainan tradisional itu bagian dari sejarah yang membentuk karakter anak-anak dari dulu sampai sekarang, tapi terancam punah. Sekarang ini berapa banyak sih anak-anak yang tahu soal engrang, dakon, gobak sodor, dan lain-lain?,” kata Tebo, mahasiswa Sejarah yang juga panitia pameran mainan anak.