Politik
Langkah-Langkah Taktis yang Harus Dilakukan Tiga Kementerian Pilihan Jokowi
Tak sulit untuk menduga bahwa pemilihan kabinet Jokowi menuai cukup banyak apresiasi. Terlebih ketika mbak Puan Maharani—yang terpilih sebagai Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan—berkata dalam wawancaranya: “Saya bukan titipan, ya!”.
Beberapa detik ketika mbak Puan mengatakan demikian, saya langsung sujud syukur nyaris lima jam lamanya. Hati ini terasa begitu terenyuh, air mata pun sampai tumpah tak henti. Saya sungguh-sungguh tak menyangka, bahwa di zaman yang serba edan seperti saat ini masih ada orang sejujur beliau.
Terinspirasi dari perkataan mbak Puan tersebut, saya yang sebelumnya sok-sokan mengaku mengidap gejala “nihilisme politik”, langsungbersemangat untuk memberikan sedikit analisis yang, selain tak berbobot, tentu juga tak berguna. Tetapi tak apa, yang penting kan kerja. Menganalisis itu kerja lho, jangan salah. Berguna atau tidak itu urusan gusti Allah SWT. Sampeyan berani melawan Dia?
Berdasarkan rumusan Thomas Jenkin dalam The Study of Political Theory, berikut analisis saya mengenai kabinet Jokowi-JK yang baru saja tersusun. Tentu saja saya tak akan mendedah 34 (ke)menteri(an) yang ada, sebab kenapa? Ya tidak apa-apa. Males saja. Alasan sebenarnya, sih, takut mengganggu ibadah, tapi nanti bilang begini disangka riya.
Ignatius Jonan (Menteri Perhubungan)
Di bawah pimpinannya, PT. KAI bersolek sedemikian rupa. Jadwal kereta api pun tak pernah sekalipun telat, kenyamanan juga terjaga, dan yang terpenting, para perokok yang tak bermoral itu tak diperbolehkan lagi klepas-klepus di atas gerbong. Sungguh inovasi yang tak hanya spekta, tetapi juga bombastis. Suara-suara sumbang yang menyebut pak Jonan hanya modal pencitraan toh hanya jadi bunyi klise. Apa lagi yang sampai mengatakan banyak korban berjatuhan lantaran sistem perkeretapian ala pak Jonan. Betul-betul fitnah keji.
Nyatanya pak Jonan memang benar-benar bekerja dari pagi ketemu pagi. Beliau bahkan hingga tertidur telungkup di bangku gerbong kereta di saat arus mudik tengah mencapai klimaksnya. Mencari orang dengan kompetensi seperti beliau tentu sangat sulit. Mencari 11 pesepak bola handal saja susahnya bukan main di negeri berpenduduk 300 juta orang ini, apalagi satu orang. Maka, ketika pak Jokowi memilih pak Jonan sebagai Menteri Perhubungan, saya sangat bangga. Akhirnya Indonesia memiliki menteri terbaik untuk mengemban posisi yang rumit. Kata-kata tak bisa mendeskripsikan kebahagiaan saya saat ini.
Lalu langkah pertama apa yang harus dilakukan pak Jonan? Mungkin tidak krusial, tetapi saya kira pak Jonan harus terlebih dahulu menyingkirkan wartawan-wartawan yang terus meliput dan memotret dirinya saat tengah lelah dan tertidur karena bekerja tanpa jeda. Biar tak ada lagi cecunguk yang mengatakan Jonan hanya modal pencitraan.
Kedua, ingat dugaan kasus pelecehan seksual yang dilakukan pakJonan? Nah, itu harus segera ditangkap siapa penyebarnya. Bisa-bisanya menyebut inovator perkeretapian terbaik sepanjang sejarah Indonesia dituduh melakukan hal tak senonoh seperti itu. Bedebah betul.
Imam Nachrawi (Menteri Pemuda dan Olahraga)
Simaklah rekam jejak pak Imam ini: pernah menjabat sebagai Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Jawa Timur tahun 1997, pernah menjadi Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa, terpilih menjadi Anggota DPR periode 2009-2014 di Komisi V yang bermitra dengan Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Perumahan Rakyat, Kementerian Perhubungan, dan Badan SAR Nasional.
Anda pasti bertanya: “Lho, mana yang berkaitan dengan olah raga?” Ya memang tak ada. Tapi ingat pepatah Estonia: “Jangan pernah menilai buku hanya dari penerbitnya.”
Justru karena tak ada rekam jejak dalam bidang olahragalah pak Imam ini menjadi sangat layak menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga. Kenapa? Lihatlah korelasi antara Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Perumahan Rakyat, Kementerian Perhubungan, dan Badan SAR Nasional yang sempat digeluti beliau. Jika Anda telaah baik-baik, semua bidang tersebutlah yang sesungguhnya diperlukan para atlet.
Atlet di Indonesia selama ini tak menjadi profesi yang menjanjikan, maka dengan pengalaman pak Imam di bidang Kementerian Pekerjaan Umum, beliau pasti memiliki konsep untuk mengubah paradigma atlet tadi. Dan ini berkorelasi dengan bidang Kementerian Perumahan Rakyat. Setelah diakui sebagai profesi yang menjanjikan, setiap atlet jelas membutuhkan tempat tinggal. Jelaslah pak Imam akan menyediakan ribuan rumah untuk para atlet nanti.
Kementerian Perhubungan ini juga sangat jelas. Dengan pengalamannya di sana, sarana transportasi para atlet pasti akan menjadi sektor yang sangat diperhatikan oleh pak Imam. Nanti ya, tak akan ada lagi itu aksi pelemparan bus oleh suporter kepada lawannya. Sebab semua bus akan dilengkapi sensor kamuflase dan anti nuklir. Dan juga, beliau pasti akan bermitra dengan pak Jonan mengenai hal ini. Tentu saja duet keduanya akan sungguh maut.
Terakhir pengalamannya di Badan SAR Nasional. Dengan terpilihnya pak Imam, dapat dipastikan tak akan lagi ada Diego Mendieta atau Joko Riyanto yang lain. Sebab pak Imam pasti akan memberikan pengobatan medis paling canggih dan cepat untuk mencegah kembali pesepak bola yang mati karena kelaparan lantaran gajinya belum dibayarkan atau ada suporter yang tewas karena terkena peluru tajam.
Dan jangan lupa, pak Imam memiliki latar belakang yang agamis. Hal tersebut tentu saja menjadi fondasi yang kokoh bagi pak Imam untuk memberantas mafia perjudian dan pengaturan skor di sepak bola kita.
Sekarang Anda mengerti bukan mengapa pak Imam merupakan pilihan tepat?
Puan Maharani (Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan)
Melalui kejujurannya (“Saya bukan titipan!”), saya kira tak perlu lagi diperdebatkan betapa cerdas dan briliannya Jokowi ketika menunjuk mbak Puan sebagai Menteri KPMK. Hanya orang-orang dengan tingkat kejujuran yang sempurnalah yang dapat membentuk kebudayaan adiluhung sekaligus memanusiakan manusia. Saya sungguh percaya, di bawah arahannya, Indonesia akan dapat mewujudkan mimpi sebagai The New Atlantis.
Lalu langkah taktis apa yang harus dilakukan mbak Puan? Sederhana saja: semoga ia dapat menularkan virus kejujuran ke seluruh jajaran pemerintahan Jokowi. Sebab jika seluruh aparatur negara dapat berlaku jujur dan amanah, Insyaallah pemerintahannya akan menjadi mabrur.
Sekian analisis saya. Mari kerja dan berpesta demi rakyat tercinta!
Edward Samaddyo Kennedy