BBM Naik
Pedagang Angkringan: Jokowi Pasti Nggak Doyan Sambal
Kenaikkan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diumumkan oleh Jokowi berdalih realokasi subsidi untuk sejumlah sektor pembangunan. Kendati demikian, Jokowi seakan menutup mata dan telinga atas dampak penaikkan BBM. Misalnya saja ikut naiknya harga kebutuhan pokok di pasar.
Seperti yang dikeluhkan Wawan, seorang pedagang angkringan di sekitar Timoho. Ia mengaku tidak mengerti bahasa ekonomi yang dikemukakan pemerintahan Jokowi soal inflasi dan lain sebagainya. Yang ia tahu, kenaikkan BBM turut membuat harga melambung tinggi.
“Kalau kata Iwan Fals itu, ‘terkait di awan tinggi’. Saya nggak paham bahasa-bahasa pemerintah di koran-koran itu. Waktu Pak SBY naikkin bensin, harga ikutan naik. Kemarin cabai saja sudah Rp50 ribu/kg. Itu sebelum BBM naik, laha sekarang pas naik, besok jadi berapa coba,” keluhnya.
Persoalan cabai di sini menurutnya menimbulkan masalah baru bagi dagangannya. Nasi teri yang ia jual misalnya, banyak ditanyakan pelanggan. Sebab, ia mengurangi sambal dalam bungkusan nasi teri yang dijualnya. Mau tidak mau ketika barang kebutuhan lain ikut naik gara-gara BBM, dengan sangat terpaksa dirinya pun akan menaikkan harga nasi teri di angkringannya.
“Mau nggak mau ya naik. Cabai sudah naik kok, nasi teri saya gimana nasibnya ya lihat besok. Pak Jokowi nggak pernah makan pake sambal apa ya? Atau mungkin Pak Jokowi nggak doyan sambal, jadinya enteng aja naikkin bensin,” pungkasnya.
Jokowi sendiri mengumumkan penaikkan BBM di Istana Negara, Senin (17/11) malam. Harga premium yang semula Rp6.500 naik menjadi Rp8.500.