Home » Interaksi » Yang (Mungkin) Hilang dari Jogja 10 Tahun Lagi

Interaksi

Yang (Mungkin) Hilang dari Jogja 10 Tahun Lagi



Beritajogja - Jogja adalah kota dengan puluhan predikat memikat. Jogja Kota Pelajar, kota budaya, kota wisata, kota kuliner murah, kota istimewa dan lain sebagainya. Predikat ini, sejak puluhan tahun lalu memikat orang dari luar Jogja berdatangan, entah itu pelajar, pengusaha, sampai wisatawan. Hingga akhirnya kedatangan itu mempertebal predikat yang dimiliki Jogjakarta.

Dampak dari dipertebalnya predikat pada diri Jogja pun luar biasa. Banyak kampus baru berdirian yang berbanding lurus dengan usaha kost-kostan, hotel, apartemen, ragam transportasi, rumah makan, restoran, sampai UU Keistimewaan. Dalam realitas kekinian wujud nyata dampak itu perlahan mengubah wajah Jogja hingga akhirnya empat hal ini terancam punah:

Pasukan kraton dengan kuda. (Foto: Cahyo PE/beritajogja.co.id)

Rumah Berhalaman

Kesediaan tanah di Jogja makin sempit dengan dibangunnya perhotelan, wisma,losmen, pertokoan, mall, dan seabrek bangunan lain yang mendukung predikat Jogja sebagai Kota Wisata. Sempitnya lahan ini bakal membuat konsep rumah di Jogja akan berbeda dengan puluhan atau ratusan tahun lalu. Jika orang Jawa pada umumnya menyukai konsep horisontal ketika membangun rumah, realitas kekinian akan memaksa untuk membangun rumah secara vertikal.

Artinya rumah berhalaman yang lengkap dengan lima bagian yaitu pendopo, pringgitan, dalem agung, krobongan, dan pawon akan punah berganti apartemen menyusul menyempitnya lahan.

Kuliner Murah

Murah di Jogja itu lama-lama cuma jadi mitos. Naiknya harga BBM akan diikuti oleh kenaikkan harga makanan di rumah makan sederhana sampai mewah. Warung Burjo misal, paska penaikkan BBM saja harga gorengan ada yang Rp2000 per tiga biji. Krupuk kaleng Rp1000 satu keping.

Ruang Terbuka Hijau (RTH)

RTH berfungsi untuk menampung air ketika hujan deras dan mencegah genangan. Banyaknya bangunan hotel dan mall untuk makin mempertegas daerah tujuan wisata membuat lahan untuk RTH makin sempit. Meski kekinian ada sejumlah pohon yang ditanam, namun secara ekologis tak berfungsi sama sekali. Wong ditanamnya di trotoar.

Gotong Royong

Gotong royong merupakan kebudayaan masyarakat Jawa tampaknya terancam punah. Sebab kebudayaan ini sangat jarang ditemukan di kompleks perumahan modern. Buktinya bisa terlihat dari saluran air atau got di perumahan modern yang kala musim hujan tidak berjalan dengan baik. Di pedesaan pun terancam dengan adanya dana untuk warga desa. Artinya semua pekerjaan yang bersifat kebudayaan nantinya diukur dengan uang.

 

Bibin Pratama

Musisi

Facebook Twitter Share on Google+