Kesehatan
Mencegah Stroke Sejak Dini
Beritajogja - Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, angka kejadian stroke terus meningkat di Indonesia. Dalam Profil Kesehatan Indonesia yang terakhir diterbitkan oleh Kementrian kesehatan pada 2013 terungkap bahwa, hanya 7 dari 34 provinsi di Indonesia yang insidensi stroke-nya ditemukan mengalami penurunan. Sementara 27 lainnya mengalami peningkatan dengan jumlah yang bervariasi.
Stroke adalah suatu penyakit dimana terjadi gangguan persarafan pusat (otak dan medula spinalis) yang diakibatkan oleh gangguan pembuluh darah dan berlangsung lebih dari 24 jam. Gangguan persarafan pada stroke bisa termanifestasi dalam berbagai macam bentuk, beberapa di antaranya yang paling sering ditemukan adalah :
Gangguan Motorik
Gangguan motorik merupakan gejala yang paling sering ditemukan pada pasien yang mengalami stroke. Gejala ini bersifat sangat khas, yaitu adanya kelemahan yang terjadi hanya pada satu sisi tubuh saja, baik kiri atau kanan, dalam istilah medis disebut dengan hemiparese atau hemiplegia tergantung dari derajat keparahan gangguan motorik yang dialami.
Mengidentifikasi adanya gangguan motorik pada stroke sangat mudah. Jika seseorang mengalami stroke, wajahnya akan tampak perot atau tidak simetris antara sisi kiri dan kanan. Selain di wajah, manifestasi gangguan motorik pada stroke juga bisa dilihat dari penurunan kekuatan anggota gerak. Pasien stroke bahkan kesulitan untuk sekedar mengangkat tangannya secara bersama-sama.
Gangguan Bicara
Dalam istilah medis gangguan ini dinamakan aphasia. Terdapat banyak jenis aphasia, pada pasien stroke paling sering ditemukan adalah aphasia motorik. Aphasia motorik adalah suatu kondisi dimana seseorang dapat mengerti pembicaraan orang lain, dapat memikirkan kalimat apa yang akan dikatakan, namun kesulitan untuk mengucapkan kalimat itu. Kesulitan yang dialami bervariasi mulai dari masih berbicara anmun dengan artikulasi yang kurang jelas sampai dengan sama sekali tak bisa bicara.
Untuk memudahkan masyarakat awam memahami gejala stroke, ada sebuah mnemonic yang dapat sangat membantu, yaitu FAST.
Bagi para kapitalis waktu adalah uang, bagi para jomblo yang baru putus cinta waktu akan menyembuhkan segala sakit hati yang dialami. Namun dalam stroke, waktu adalah otak. Waktu akan menentukan seberapa banyak kerusakan otak yang dialami dan kemungkinan otak tersebut dapat diselamatkan. Dalam literatur ilmiah kedokteran, dikenal sebuah istilah, yaitu golden period atau periode emas. Periode emas maksudnya adalah jarak antara pasien mulai mengalami kejadian sampai dengan dilakukan penanganan. Jika pasien bisa ditangani dalam rentang periode emas ini, maka prognosisnya akan lebih baik. Sayangnya, periode emas stroke amat sangat singkat, hanya 3 jam saja
.
Waktu | Tindakan |
< 10 menit | Waktu yang dibutuhkan untuk menemui dokter mulai dari munculnya gejala |
<45 menit | Diagnosis stroke harus sudah bisa ditegakkan melaui pemeriksaan CT Scan |
<60 menit | Pasien sudah harus mendapat pengobatan yang sesuai indikasi |
<3 jam | Pasien sudah harus masuk ruang khusus penanganan stroke |
Stroke akan selalu meninggalkan komplikasi, sementara derajat komplikasi sangat dipengaruhi oleh cepat lambatnya penanganan. Makin lama waktu saat mulai timbul gejala sampai pasien mendapat penanganan, makin berat pula komplikasi yang dapat dialami. Komplikasi paling parah tentu saja adalah kematian, terberat sebelum kematian adalah gangguan untuk melakukan aktivitas harian sederhana seperti berpakaian, buang air kecil atau besar ke toilet. Apalah artinya hidup jika tak mampu melakukan apa-apa, bukan?
Keterlambatan dalam penanganan pasien stroke dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
Keterlambatan memutuskan
Budaya urun rembug dalam masyarakat Indonesia sangat kental. Tidak jarang, budaya semacam ini justru menghalangi penanganan pasien stroke. Misal, pasien yang dicurigai stroke harus dirujuk ke Rumah Sakit lain karena Rumah Sakit tempat pasien sekarang dirawat tidak memiliki fasilitas yang cukup. Amat sering ditemukan reaksi keluarga pasien berupa “sebentar dok, saya diskusikan dulu dengan keluarga”. Waktu yang dibutuhkan untuk menghubungi, berdiskusi lalu memutuskan untuk setuju dirujuk tidak sedikit, padahal sudah dijelaskan sebelumnya, periode emas penanganan stroke sangat singkat.
Keterlambatan Transportasi
Sudah bukan cerita baru bahwa akses menuju pelayanan kesehatan Indonesia tidaklah mudah, entah di pedesaan atau perkotaan. Di desa, masyarakat berhadapan dengan keterbatasan alat transportasi, infrastruktus jalan raya dan jarak yang harus ditempuh. Sementara di kota, kemacetan terjadi hampir dimana-mana. Bukan pemandangan yang jarang para pengguna jalan ogah untuk memberi jalan pada Ambulans.
Keterlambatan Penanganan
Boleh jadi pasien sampai ke Rumah Sakit dalam rentang waktu periode emas, namun adanya hal-hal lain seperti rumitnya administrasi, kelalaian tenaga medis membuat penanganan tidak optimal.
Mencegah 3 jenis keterlambatan itu bukan hanya urusan pemerintah dengan membangun infrastruktur yang merata atau tenaga medis harus meminimalisir kesalahan saja, masyarakat juga harus memahami bahwa stroke adalah kegawatdaruratan yang mengalami konsekuensi fatal jika terlambat ditengani. Terlebih, jika terlambat memutuskan akibat urun rembug di sini adalah soal biaya, pemerintah telah memberikan kemudahan luar biasa melalui program BPJS.
Melalui tulisan ini, kita memahami bahwa stroke merupakan penyakit yang angka kejadiannya semakin meningkat tahun demi tahun. Penanganan stroke memiliki periode emas yang sangat singkat. Oleh karena periode emas sangat menentukan prognosis dari pasien stroke, maka segala jenis keterlambatan harus dicegah.
Menurunkan insidensi stroke adalah tugas kita bersama!
Agi Ramadhani
Dokter Muda RS.Sardjito