Kriminal
Teror Pembacokkan di Jogja Kerap Dekati Hari Besar
Beritajogja - Pembacokkan di Jogjakarta beberapa hari terakhir membuat kehebohan dan keresahan warga. Dalam satu malam, tiga orang dibacok di kawasan yang berdekatan. Pembacokan pertama terjadi Kamis (25/12) sekitar pukul 23.07 WIB di pertigaan Kepuhsari, Maguwoharjo, Depok. Peristiwa itu menimbulkan dua mahasiswa terluka yakni Yakni Ricardo Fernandes dan Bernadino Philbert Awa. Keduanya sendiri merupakan warga Caturtunggal, Depok, Sleman.
Pembacokkan kembali terjadi di sekitar patung Elang sebelah timur Stadion Maguwoharjo selang 27 menit dari lokasi pertama.Lokasi kedua ini hanya berjarak tak lebih dari satu kilometer dari TKP pertama. Naulul Masda, tewas dibacok dua oleh satu pengendara motor berboncengan. Dengan cara yang sama seperti TKP sebelumnya, pelaku mengendarai sepeda motor, tapi lebih dahulu menabrak korban. Pelaku yang membonceng kemudian turun dan menyabetkan pedang secara serampangan ke arah korban hingga mengenai lehernya.
Peristiwa selanjutnya yakni pelajar SMP bernama David Eko Prasetyo. Bersama ayahnya, David dibacok orang tidak dikenal di kawasan Wedomartani.Purwanto, ayah David, membeberkan bahwa pelaku sebanyak dua orang dan menggunakan motor Honda Vario warna gelap. Kedua pelaku memakai helm penutup agar tidak dikenali wajahnya. Pembonceng yang melakukan eksekusi pembacokan menggunakan parang.
Teror pengendara motor misterius yang membacok orang secara serampangan ini beberapa waktu lalu juga sempat meresahkan warga. Sebelumnya, peneror pengendara motor diindikasikan sebagai Geng Raden Kian Santang yang mengancam bakal melakukan ‘klitih’ atau mencari mangsa di jalanan secara acak. Isu isu teror Geng Kian Santang ini menyebar dari mulut ke mulut dan juga di media sosial.
Jauh sebelumnya, tepatnya pada 2010, teror serupa juga pernah menghebohkan Jogjakarta.Segerombolan pria misterius secara membabi buta membacok empat warga di wilayah Ngemplak dan Depok Timur Sleman, Selasa (15/6) dinihari. Dari empat aksi pembacokan, diduga pelaku adalah orang yang sama yaitu dua pengendara sepeda motor matic warna putih yang membawa clurit.
Dari sejumlah kasus pembacokkan acak tersebut terdapat pola yang sama. Pertama, kejadian sangat cepat karena dilakukan di atas motor oleh pelaku. Kedua, pembacokkan dilakukan di atas jam sepuluh malam dan di daerah yang relatif sepi. Ketiga, sejumlah pembacokkan dilakukan menjelang adanya perayaan, hari besar, atau hari penting di Jogjakarta.
Seperti peristiwa teror Kian Santang, heboh menjelang kedatangan Presiden SBY pamitan di Istana Kepresidenan Jogja. Aksi pembacokkan pelaku dengan motor honda dilakukan menjelang muktamar satu abad Mumammadiyah di Jogja. Sedangkan teror pembacokan baru-baru ini terjadi saat perayaan Natal dan menjelang Tahun Baru 2015.
“Susah untuk mengatakan bahwa pelakunya hanya orang stress biasa atau motifnya stress seperti itu. Ada indikasi ini satu sindikat berkelompok yang memang bertugas melakukan tindakan seperti itu di Jogja,” jelasnya.
Pihaknya menambahkan bahwa adanya isu ini merupakan upaya untuk menggoyang kenyamanan. Apalagi selama 2014 ini warga Jogja kerap dikejutkan dengan peristiwa kriminal yang bertolak belakang dengan semangat pluralisme.“Saya melihat ini adalah upaya untuk menggoyang Jogja. Jadi masyarakat menilai Jogja sudah aman, citra Jogja jadi rusak,” tambahnya.
Terpisah, Kapolres Sleman AKBP Ihsan Amin menyatakan pihaknya masih melakukan penyelidikan peristiwa pembacokan Kamis (25/12) dengan mengumpulkan bahan keterangan dari saksi dan korban. Ia belum dapat memastikan terkait dugaan pelaku pembacokan dilakukan orang yang sama. Suprapto sendiri mengharapkan kepolisian tidak hanya mencari penyelesaiannya dan dampak analisanya saja. Namun juga dirunut dari berbagai peristiwa yang sudah terjadi.
“Saya yakin jika memang benar pelakunya bukan indvidual. Bukan sekadar orang stress biasa. Mereka berkelompok, dan hendaknya jangan dicari penyelesaian atau analisa dampaknya saja,” pungkasnya.
Sepanjang 2014 ini aksi kriminalitas, dalam hal ini pembacokan tidak hanya mengenai warga biasa dan acak saja. Pada Juli 2014 misalnya, seorang pengacara tenar di Sleman, Sinto Ari Wibowo pernah jadi korban pembacokkan di rumahnya. Pelaku berpura-pura menjadi tamu Sinto dan tanpa basa-basi langsung mengayunkan clurit ke kepalanya. Beruntug, nyawanya masih bisa diselamatkan.