Figur
Lintang Wulandari, si Jago Skak UGM
Beritajogja - Banyak yang bilang bahwa manusia yang lahir pada 29 Februari adalah orang spesial. Selain karena berulang tahun empat tahun sekali, orang yang lahir di tanggal kabisat itu diyakini terlahir dengan bakat alami pada bidang tertentu. Lintang Wulandari misalnya. Mahasiswa kelahiran Kulon Progo 1996 ini sejak kecil sudah terlihat bakat alaminya di bidang catur.
Bakat itu mulai terlihat sejak ia kelas 1 SD. Awalnya orang tuanya tahu bahwa Lintang punya bakat olahraga. Dikenalkannya mahasiswi Pendidikan Dokter Gigi UGM pada tenis meja, namun entah kenapa tidak pernah cocok. Ketika Ibunya iseng mengajarkannya catur, Lintang tiba-tiba tertarik dan membuat keluarganya takjub.
“Kelas 1 SD ikut kejuaraan catur di Kecamatan dan dapat juara satu. Terus di tingkat Kabupaten juga. Sayangnya pada waktu itu nggak bisa lanjut ke provinsi. Karena aku masih kecil kali ya,” katanya, Jumat ditemui di Sekretariat UKM Catur UGM.
Saat usianya 10 tahun, ia sudah mampu masuk tiga besar di Kejurnas Catur. Dua tahun kemudian ia kembali menjadi juara dan dipungkasi dengan merebut juara satu di Kejurnas Catur 2010. Prestasinya makin melejit ketika mewakili Jogjakarta di sejumlah kejuaraan seperti Kejurda Catur , Catur Kilat, Standar, dan Kejurnas di Makassar November lalu. Julukan Si Jago skak pun mulai disematkan pada dirinya.
“Dari tiap lawan di kejuaraan, rata-rata emang berat semua. Ada yang pernah sampai limit waktunya. Paling lama ya bertarung tiga jam sama lawan. Kemarin di Makassar November 2014 sempet kesel karena gagal menang. Main 10 babak, babak 9 remis, peringkat empat deh,” ceritanya.
Catur menurut hijaber imut ini adalah olahraga yang spesial. Sebab, catur tidak mengenal batasan usia alias tidak ada kata pensiun. Ke depan, dirinya punya target yang tidak muluk-muluk. Ia ingin mengalahkan salah seorang temannya di UKM Catur UGM. “Mau ngalahin mas Falah. Sebel, kemarin aku kalah 3-0. Belum pernah menang lawan Mas Falah,” ujarnya.