Home » Gaya Hidup » Tiga Alasan Mengapa Anak Muda Jogja Wajib Tiru Busyro Muqodas

Budaya

Tiga Alasan Mengapa Anak Muda Jogja Wajib Tiru Busyro Muqodas



Beritajogja - Jogjakarta Istimewa. Istimewa orangnya, budaya, kesenian, dan sejarahnya. Jogja juga santun, berbudaya, dan penuh kesederhanaan. Namun dalam realitas kekinian, Jogja kekurangan sosok nasional yang mampu merepresentasikan wacana keistimewaan itu.

Sultan HB IX misalnya. Kesederhanaan dan kerap berinteraksinya ia dengan warga membuat Jogja kangen akan adanya sosok seperti dirinya. Apalagi anak-anak muda di tengah gempuran teknologi dan kehidupan yang serba brand saat ini. Dibutuhkan sosok yang bisa dijadikan panutan. Dalam realitas kekinian, meski tak bisa dibandingkan dengan Sultan HB IX, sosok Busyro Muqodas bisa dijadikan cermin anak muda bagaimana kesederhanaan Jogja itu.

Istimewa

Sederhana

Selepas masa tugasnya sebagai pimpinan KPK, Busyro menjalani aktivitasnya sebagai dosen di Fakultas Hukum UII Jogjakarta. Dia kerap berangkat ke kampus dengan naik sepeda motor atau meminta diantar oleh anaknya untuk mengajar di kampus yang terletak di Jl.Tamansiswa yang tak jauh dari rumahnya. Ia juga kerap memakai onthel kala beraktivitas sehari-hari.

“Kami cuma punya mobil satu, kalau dipakai ibu ke kantor, ya bapak ke kampus pinjam motor saya, kalau nggak minta diantar,” cerita Muchlas, anak kedua Busyro.

Gemar Membaca

Selain sederhana, Busyro juga gemar membaca. Saat tugas di KPK Jakarta, dia hanya mengontrak sebuah rumah sederhana yang isi kebanyakan hanya buku-buku. Tiga lemari besar jumlah bukunya. Setiap ada waktu luang, Busyro tak pernah lepas dari buku.

Pendidik sekaligus penulis Buku “Guru Unyu Murid Gokil” Sumardinanta mengatakan, salah satu cara untuk mempertebal pedikat Jogja sebagai Kota Pendidikan adalah dengan membaca. Apalagi saat ini anak muda sudah dilengkapi dengan smartphone yang makin memudahkan informasi.

“Anak muda bisa itu menggunakan gadget buat baca-baca informasi dan wacaba. Masa depan Jogja sebagai Kota Pendidikan lho. Pendidikan kan bukan hanya melulu soal nilai,” tuturnya kala diskusi buku di Pasar Murah Buku beberapa waktu lalu.

Gemar Silaturahmi

Busyro gemar bersilaturahmi dengan keluarga dan orang-orang di sekitar. Adanya gadget juga tak pernah membuatnya kehilangan budaya tatap muka dengan teman sejawatnya. Hampir tiap minggu, menggunakan sepeda, dan kadang-kadang menggunakan sepeda motor milik anaknya untuk bersilaturahmi.

“Budaya tatap muka inilah yang perlu diperhatikan oleh generasi muda sekarang. Memindahkan ruang sosialisasi ke dunia maya nggak salah, tapi budaya tatap muka juga harus dijaga,” jelas Aprinus Salam, Kepala Pusat Studi Budaya UGM.

Facebook Twitter Share on Google+