Selokan Mataram Dulunya Bernama Kanal Yoshiro
Maret 1942 Jepang masuk ke Jogjakarta. Awalnya masyarakat Jogjakarta senang dengan kedatangan Jepang. Sebab, ketika mulai memasuki Kota Jogja, Jepang mengibarkan bendera propaganda kemerdekaan bagi masyarakat. Di depan masyarakat, aksi propaganda diteruskan dengan membunuh tentara dan para petinggi Belanda yang ada di kota. Namun, sama seperti tempat jajahan lain, tujuan menjadikan rakyat Jogja Romusha tercium [...]
Sejarah Warga Tionghoa di Jogja (Bagian Tiga)
Makin banyaknya sekolah dan pendirian kampung di Jogja memasuki abad ke-19 merupakan dampak wacana nasionalisme yang dikumandangkan Sun Yat Sen di negeri Cina. Menurut Budi Susanto dalam Identitas dan Postkolonialitas di Indonesia, gerakan nasionalisme Sun Yat Sen melahirkan gerakan Pan-Tionghoa di tanah Jawa. Gerakan ini mewacanakan pemasifan kebudayaan Tionghoa di tanah Jawa seperti yang dilakukan [...]
Polwan-Polwan Cantik ini Pelanggar Hukum
Manusia memang makhluk tak sempurna. Sebaik-baiknya manusia tentunya tidak akan luput dari kesalahan. Begitu juga dengan penegak hukum negara, salah satunya Polisi. Walaupun mereka berstatus penegak hukum, namun tidak bisa dipungkiri bahwasanya Polisi juga manusia yang rentan melakukan kesalahan. Baru-baru ini ada banyak pemberitaan buruk terhadap Polisi sang penegak hukum negara Indonesia. Entah penganiayaan, korupsi, [...]
Sejarah Warga Tionghoa di Jogja (Bagian Kedua)
Setahun sebelum gempa, tepatnya 6 Juni 1866 Pemerintah Hindia-Belanda membikin peraturan tentang pembagian wilayah pemukiman dalam tata ruang kota bernama wijkenstelsel. Peraturan ini mengatur mengenai pemusatan pemukiman terhadap penduduk asing di Jogjakakarta. Tiap etnik wajib membikin pemukiman yang berisikan etniknya sendiri. Kampung Eropa, yang sebagian besar dihuni warga Belanda mendiami daerah Kota Baru di Loji [...]
Sejarah Warga Tionghoa di Jogja (Bagian Pertama)
Tahun 1800an, orang-orang Tionghoa mulai masuk ke Jogjakarta. Umumnya masyarakat Tionghoa mendiami daerah pesisir. Mereka banyak berasal dari Tiongkok Tenggara. Arus ekonomi yang membawa mereka ke pesisir Jogjakarta dengan menggunakan junjung. Dalam Kota Yogyakarta Tempo Doloe, Abdurachman Surjomiharjo menuliskan bahwa dipilihnya daerah pesisir bukan tanpa kebetulan. Belanda,yang pada waktu itu mengeksplorasi pertanian dan perkebunan belum [...]
Tiga Preman Legendaris Jogja
Pasca insiden Cebongan istilah preman dan premanisme mendadak beken di Jogjakarta. Beragam spanduk berisi penolakan terhadap istilah itu bermunculan di banyak perempatan jalan. Preman harus minggat dari Jogja. Pun dengan premanisme yang harus dibersihkan dari kota ini. Sebagian warga Jogja setuju dengan pesan dalam spanduk itu. Sebagian lagi menilainya utopis. Sebab, banyak preman merupakan warga [...]
Paku Alam Anggota Freemason
Pada tulisan sebelumnya berjudul Tugu Jogja :Manunggaling Kawulo Gusti Hingga Simbol Zionis telah disebutkan bahwa Freemason atau Tarekat Mason masuk Jogja sekitar tahun 1870. Organisasi rahasia yang dalam bahasa Belanda disebut Vrijmetselarij ini berhasil membujuk sejumlah kalangan Keraton untuk menjadi anggota. Abdurrachman Saleh dalam Kota Yogyakarta Tempo Doloe : Sejarah Sosial 1880-1930 yang dikutip dari [...]
Kasus Perkosaan Besar di Jogjakarta
Perempuan itu masih berusia 18 tahun. Sumarijem namanya. Ia asli Godean. Sum, sebagaimana ia disapa oleh pelanggannya, adalah penjual telur. Tiap hari, ia berkeliling Godean menjajakan dagangannya. Ia berangkat pagi, pulang sore. Namanya mendadak tenar medio 1970an di Jogjakarta. Bukan karena telur ayam yang dijualnya, melainkan karena kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh sejumlah orang. September [...]
Qurratul Uyun, Kitab Seks Islam
Qurratul ‘Uyun adalah sebuah kitab seks Islam. Kitab ini dituliskan oleh banyak tokoh agama dengan tafsiran yang beragam. Misalnya saja Qurratul Uyun karya Syarah Nazham Ibnu Yamun atau karya Abdurrahman bin Hasan bin Abdil Wahhab. Meski ditulis oleh banyak ulama, Kitab ini memuat tata cara pernikahan dan kegiatan seksual yang dianjurkan dalam islam yang sama. [...]