Agung Damar : 90% Hidup Saya Untuk Warga Jogjakarta
Nama lengkapnya Agung Damar Kusumandaru. Ia adalah anggota DPRD Kota Jogja dari Fraksi PAN. Ia juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Badan Anggaran Kota Jogja pada 2011. Dan Bendahara DPP PAN Jogjakarta. Sebelum berkecimpung di politik, Agung, sebagaimana banyak orang menyapanya adalah seorang Ketua Suporter PSIM, Brajamusti pada 2005-2010. Lebih jauh lagi, ia adalah seorang pembalap motorcross.
Empat tahun (1994-1998) Agung membalap di banyak sirkuit dan tempat ekstrim lain. Penghujung 1998, titik jenuh menghampiri pria dengan tiga anak ini. Ia bosan membalap. Ia membelokan karier membalapnya ke sirkuit politik tepat ketika mendengar orasi politik Amien Rais di lapangan Mancasan.
“Saya ingat betul apa kata Pak Amien. Orasi politiknya tidak menjual partai, melainkan program. Pak Amien bilang bahwa ia didukung oleh sejumlah tokoh di Asia, seperti Mahatir Muhammad jika maju sebagai presiden. Hebatnya lagi, Pak Amien tidak pernah minta doa restu dari Amerika atau Eropa,” kenangnya.
Awal karier politiknya sebenarnya sudah mulai sejak awal Orde Baru. Ia merupakan kader dari tiga partai yang kerap “bertarung” di Pemilu. Namun, hanya Amien Rais yang mampu membujuknya terjun langung ke dunia politik melalui PAN. Alasan lain Agung bergabung dengan PAN adalah soal Muhammadiyah. Sebab, PAN didukung oleh organisasi bentukan KH.Ahmad Dahlan ini.
“Tapi perlu diingat bahwa PAN bukanlah Muhammadiyah. Juga sebaliknya. Muhammadiyah hanya mendukung PAN. Partai tidak dibawa sampai mati, namun Muhammadiyah yang dibawa sampai mati,” tegas alumni STIE YKPN ini.
Mencintai Sepakbola
Sejak kecil, Agung sangat menyukai sepak bola. Ia menyukai Liverpool, klub sepak bola asal Inggris. Adalah kakeknya yang mengenalkannya pada klub berjuluk The Reds tersebut. Namun, Liverpool tidak mampu mengalahkan cintanya pada PSIM, klub sepak bola Kota Jogja. Hal itu dibuktikannya dengan terlibat dalam pembentukan Brajamusti setelah PSIM turun kasta ke Divisi I.
“Untuk menyemangati PSIM, kami sebagai generasi muda suporter PSIM membikin Brajamusti. Saya kemudian menjadi Bendahara lalu dipercaya menjadi ketua suporter selama dua periode, dari 2005 sampai 2010,” ungkap Bapak tiga anak ini.
Menjadi Ketua Brajamusti, Agung mengaku memiliki banyak pengalaman yang tidak terlupakan. Terlebih ketika menyemangati PSIM bertanding ke luar Jogjakarta. Salah satu pengalaman yang menurutnya paling berkesan adalah ketika bertandang ke Persijap Jepara.
“Waktu itu belum ada yang berani datang ke Jepara setelah insiden dengan Semarang. Meski dibatasi hanya 100 orang, Brajamusti tetap mendukung PSIM di sana. Kami disambut dengan baik meski tetap dilempari batu dan disiram air,” kenangnya yang juga menjabat sebagai Dewan Pembina Tunas Jogja.
Setelah lengser dari ketua suporter, Agung dipercaya masyarakat menjadi anggota DPRD Kota Jogja. Di tengah kesibukannya sebagai anggota dewan, ia masih mau menjadi Dewan Pembina PSIM. Ia juga mengomentari Brajamusti di bawah kepemimpinan Eko, ketua suporter yang baru. Menurutnya, Eko sudah cukup bagus menjadi ketua suporter.
“Sebagai orang baru, ia sudah dihadapkan pada banyak permasalahan klub. Dia nggak bisa mengembangkan organisasi, tapi mampu mempertahankannya. Itu sudah cukup bagus,” nilainya.
Menggagalkan Proyek Siluman di APBD
Tidak banyak yang berubah dalam diri Agung ketika menjadi anggota dewan. Ia tetap pribadi yang ramah, gaul, pendengar yang baik, dan penyayang keluarga. Ia tetap menyempatkan diri bermain bersama tiga anaknya, Anin, Anum, dan Mutiara di tengah kesibukan. Ia juga selalu membuka pintu rumahnya lebar-lebar pada warga yang ingin berkeluh kesah padanya.
Meski begitu, Agung mengaku ada hal yang harus dikorbankan ketika ia sudah menjabat menjadi anggota dewan. Hal itu adalah A.Takrib, toko elektronik yang telah menjadi bisnis keluarganya. Pria kelahiran 29 desember 1976 ini tidak lagi banyak mengurus bisnis keluarga setelah menjadi anggota dewan.
“90 persen hidup saya untuk masyarakat dan keluarga. Sebab, saya sudah disumpah konstituen ketika menjabat. Untuk bisnis, saya seperlunya saja,” tegasnya.
Ketika menjabat sebagai Wakil Ketua Badan Anggaran (Banggar) Agung pernah melakukan dua aksi heroik. Ia menggagalkan proyek pengadaan mobil dinas lembaga vertikal, seperti Kejaksaan, Kepolisan, dll. Yang dimasukan dalam APBD. Ia menuturkan bahwa alasannya menolak menandatangani proyek itu karena lembaga vertikal sudah ditanggung oleh pemerintah pusat.
Kedua, Agung menolak uang apresiasi dari BPK sejumlah Rp21 miliar yang diusulkan untuk pembangunan fisik kota. Ia mendesak agar uang tersebut digunakan untuk kesejahteraan masyarakat ketimbang mengubah atau memperbaiki fisik kota. Salah satunya adalah soal jaminan kesehatan. Uang itu, tuturnya, digunakan untuk menambah alokasi dana jaminan kesehatan.
Sepanjang Jalan Jogja Adalah Kenangan
“Banyak hal yang sudah berubah di Jogjakarta,” kata Agung setelah menceritakan peristiwa proyek mobil dinas. Agung mengingat masa kecilnya ketika budaya kejawen masih sangat kental di Jogja. Ia bercerita bahwa semakin banyaknya perguruan tinggi di Jogja menipiskan budaya kejawen. Mahasiswa, katanya, berinteraksi dengan warga kampung. Interaksi tersebut membikin sejumlah warga meninggalkan budaya kejawen.
Namun Agung mengaku gembira dengan perubahan tersebut. Artinya, masyarakat Jogja sudah bergerak kea rah yang modern dan rasioanl. Terlebih pergerakan masyarakat tidak serta merta meninggalkan budaya tradisional. “Misalnya saja gotong royong atau laden. Di kota lain itu mungkin sudah tidak ada. Tapi di Jogja, bersama dengan pergerakan masyarakat menuju modern, budaya tradisional macam itu masih dipertahankan,” ujarnya.
Dari sekian banyak perubahan di Jogja, ada juga yang membikinnya jengkel. Hal itu adalah sempat sepinya beberapa kampus dikarenakan penelitian dari Iip Wijayanto yang menyatakan bahwa 98 persen lebih mahasiswa di Jogja sudah tidak perawan. Ia menyontohkan Universitas Janabadra. Dulu, ceritanya, Janabadra menjadi salah satu favorit kampus swasta di Jogja. Ketika penelitian itu muncul, universitas itu menjadi sepi.
Ditanya soal masa-masa berpacaran dengan istrinya, Agung terkekeh. Banyak tempat yang menyimpan memori saat masa pacaran dulu.
“Istri saya itu pendatang. Jadi, saat pacaran ya main ke kos lalu jalan-jalan. Jadinya, setiap jalan di Jogja adalah sepanjang jalan kenangan bagi kami,” tutupnya.
Nama | Agung Damar Kusumandaru |
TTL | Jogjakarta, 29 Desember 1976 |
Alamat | Badran JT. I/826 Jogjakarta |
Pendidikan | SD Mirasih Jogjakarta
SMP Negeri 1 Magelang SMA Muhammadiyah 1 Muntilan |
Riwayat Organisasi | Bendahara Umum Brajamusti (2003-2005)
Ketua Brajamusti (2005-2010) Dewan Pembina PSIMDewan Pembina Tunas Jogja |
Karier Politik | Wakil Ketua PAN Jogjakarta
Bendahara DPD PAN Kota Jogjakarta Wakil Ketua Banggar Anggota Komisi A DPRD Kota Jogja |
Hobi | Balap Motorcross |
Istri | Elysa SE |
Anak | Litia Anindita
Juwita Anum Mutiara |