Home » Jogja Kita » 26 Tahun Wafatnya Sultan HB IX: Ketika Jenazah Raja Kraton “Menolak” Pesawat VIP

26 Tahun Wafatnya Sultan Hamengkubuwono IX

26 Tahun Wafatnya Sultan HB IX: Ketika Jenazah Raja Kraton “Menolak” Pesawat VIP



Istimewa

Minggu Malam, 2 Oktober 1988 jadi hari penuh duka bagi warga Jogjakarta. Raja yang dicintai sekaligus dikagumi, Sri Sultan Hamengkubuwono IX wafat di George Washington University Medical Centre, Amerika di usia 76 tahun. Jenazah langsung dipulangkan ke Jakarta yang kemudian akan dikebumikan di Pemakaman Imogiri pada 8 Oktober 1988. Saat Jenazahnya hendak dipulangkan inilah terjadi kisah yang selalu diingat oleh pihak keluarga dan pejabat pemerintah.

Mengutip tulisan Pelangi Putih di Atas Imogiri, Tempo arsip 1988, dikisahkan bahwa pemerintah tengah menyiapkan pesawat khusus untuk mengantar jenazah Sri Sultan HB IX dari Bandara Halim Jakarta ke Jogjakarta. Hercules C-130, persawat yang khusus digunakan untuk menerbangkan petinggi militer atau pun sipil digunakan untuk mengantar jenazahnya.

Setelah jenazah dinaikkan ke pesawat bersama keluarga, menteri, dan sejumlah pejabat, pilot kemudian menyalakan pesawat bernomor badan 1341 tersebut. Namun keempat mesin pesawat Hercules tersebut tidak mau menyala. Pilot mencoba menyalakan pesawat berulang kali namun tetap gagal. Bahkan saat dipancing dengan sebuah alat bernama Auxillary Power Unit (APU) di luar pesawat, mesin tetap tidak mau menyala. Padahal sebelum kedatangan jenazah pesawat sudah dicek dan tidak ada masalah.

Melihat hal itu, Try Soetrisno, yang kala itu masih menjabat Pangab memerintahkan agar jenazah dipindahkan ke pesawat Hercules cadangan yang awalnya disediakan untuk para pelayat. Pesawat Hercules cadangan ini sendiri merupakan pesawat pengangkut prajurit biasa dengan bangkunya menempel di sepanjang dinding pesawat.

“Ngarsa dalem memang betul-betul sangat merakyat, walapun sudah wafat tapi beliau masih tidak berkenan naik pesawat terbang VIP,” kata Try Soetrisno kala itu usai memberikan komando.

Prajurit pun memindahkan peti jenazah ke pesawat yang sangat sederhana itu. Begitu juga dengan para keluarga, menteri, dan pejabat yang turut naik mendampingi jenazah. Mereka duduk saling berhadap-hadapan dalam pesawat yang tidak mempunyai ruang besar seperti halnya pesawat VVIP. Namun, tampaknya inilah keinginan Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Meski ia telah wafat, ia masih mampu mendekatkan semua orang sekaligus mengajarkan kesederhanaan pada keluarga dan pejabat pemerintah. Mesin pesawat Hercules pengakut prajurit itu pun bisa dinyalakan dengan mudah dan langsung menuju Jogjakarta.

Facebook Twitter Share on Google+