Akademisi UGM Kritik Habis Buku Surya Paloh

Berbagai kritikan menerpa isi buku Surya Paloh yang berjudul ‘Indonesia di Jalan Restorasi: Politik Gagasan Surya Paloh’. Salah satu kritikan yang paling deras hadir dari Ari Dwipayana, pengamat politik yang juga salah seorang dosen di Fisipol UGM.

Ari mengemukakan kritikannya ketika hadir sebagai narasumber dalam acara bedah buku tersebut di Dzango, salah satu kafe di bilangan Demangan Baru pada Senin (4/11). Acara yang digagas oleh Liga Mahasiswa Nasdem (LMN) dan Gerakan Pemuda (Garda) tersebut juga turut mengundang Ons Untoro, direktur Rumah Budaya Tembi Jogjakarta dan penulis buku tersebut, Willy Aditya sebagai dua narasumber lainnya.

Disebut Ari, ia curiga bahwa materi dalam buku tersebut lebih merupakan gagasan-gagasan Willy daripada Surya Paloh sendiri. Selain itu, ia juga menganggap isi buku tersebut masih terlalu abstrak dan belum dapat terjelaskan dengan seksama.

“Menurut saya, (buku) ini bukan gagasan Surya Paloh, tapi gagasan Willy sendiri. Jadi apakah Surya Paloh ini penerjemah Willy atau sebaliknya, nggak jelas lagi siapa yang menafsirkan,” ujar Ari.

“Ada lagi materi soal perbedaan revolusi dan restorasi. Itu bagus. Tapi lagi-lagi nggak jelas apa perbedaannya. Menurut saya (kedua kata) itu punya makna yang sama. Restorasi bersifat values change. Ini juga belum tuntas. Nilai yang ditawarkan pancasila, tapi bagaimana nilai itu diaplikasikan belum dijelaskan,” lanjutnya.

Ari juga menambahkan, dalam buku yang gambar sampulnya sketsa wajah Surya Paloh tersebut juga terdapat salah satu gagasan Soekarno: ‘Neo Tri Sakti’. Namun lagi-lagi disebutnya, gagasan tersebut tidak dapat dijelaskan maknanya. Ari menilai sudah terlalu banyak yang mengklaim diri sebagai ‘Soekarnois’ tetapi tidak mampu menjelaskan apa maksud gagasan tersebut.