Home » Berita, Jogja » Anak Muda Jogja Wajib Bantu Pembenahan Kultural

Kebudayaan

Anak Muda Jogja Wajib Bantu Pembenahan Kultural



gladi resih kirab budaya. (Foto: Azka Maula)

Sultan Hamengkubuwono X sempat melarang adanya penambahan asrama mahasiswa kedaerahan di Jogjakarta. Ia beralasan bahwa kebijakan tersebut untuk membuat mahasiswa pendatang berbaur dengan warga sekitar. Dengan adanya interaksi antar pendatang dengan warga asli akan ada pertukaran budaya dan muncul kearifan di dalamnya untuk tidak memaksakan kebudayaan masing-masing tanpa memaksakan keduanya.

Sekretaris Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Krisna mengatakan bahwa kebijakan taktis tersebut tidak akan berjalan mulus jika hanya satu arah, Maksudnya adalah perlu dorongan bagi warga Jogja untuk ikut dalam memasifkan pembenahan kultural tersebut.

“Jadi nggak cuma kebijakan taktis yang dirumuskan dalam UU saja, namun juga perlu adanya pemahaman dari warga khususnya anak muda Jogja. Jadi tidak hanya berjalan searah saja, tapi saling bantu,” katanya, Kamis (14/8) sore.

Ia sepakat dengan alasan Sultan tentang pembenahan kultural. Sebab dengan pendekatan kultural akan tercipta keharmonisan antara warga pendatang dengan asli Jogja. “Tidak akan ada prasangka dan antar keduanya bisa saling memahami. Jika tidak segera dilakukan pembenahan kultural, maka tiap orang akan memandang Jogja dengan kebudayan masing-masing dan mungkin terjadi benturan yang melahirkan banyak kekerasan,” ungkapnya.

Facebook Twitter Share on Google+