Gara-Gara Logo, Jogja dan Yogya Kembali Diperdebatkan

Logo baru Jogja yang terbaca “Togua” tidak hanya menimbulkan polemik soal keartisikan atau keterwakilan seluruh aspek yang ada di Jogjakarta saja. Logo ini juga menimbulkan polemik baru mengenai penyebutan kota berlabel istimewa ini. Sebagian pihak beranggapan bahwa logo baru bertuliskan Yogya, bukan Jogja.

Kondisi ini membuat Dewan Kebudayaan, Dewan Pendidikan, dan Dewan Riset Teknologi Jogjakarta menggelar rapat untuk membahas adanya polemik baru mengenai logo baru Jogja ini.Rapat yang digelar Senin (3/11) kemarin ini telah menemui satu kesimpulan tentang penyebutan nama kota berlabel istimewa tersebut dalam logo.

“Pemilihan kata ‘Jogja’ itu sebenarnya tidak sesuai dengan sejarah. Kita lihat di berbagai naskah kuno yang menyebut Yogyakarta dengan “Y”, karena berasal dari kata Ngayogyokarto yang bermakna kedamaian dan kabecikan atau tindakan baik,” kata Anggota Dewan Kebudayaan, Ratna Sakti Mulya, ketika dikonfirmasi, Selasa (4/11).

Sementara itu Ketua Dewan Kebudayaan Jogjakarta, Djoko Dwiyanto juga menginginkan adanya perbaikan dalam penyebutan menjadi Yogya. Namun, mengenai logo dan brand, dirinya mendukung sebutan Jogja karena memang sudah terkenal. Ia juga berharap bahwa nantinya tagline dalam logo tersebut adalah istimewa.

“Tagline Jogja Istimewa sudah sangat dekat dengan masyarakat. Jika tidak menggunakan Jogja Istimewa, tagline yang mungkin bisa dipakai adalah Jogja City Of Tolerance,” ujarnya.

Logo Jogja yang baru-baru ini dikenalkan oleh Pemda Jogjakarta memang tengah membuat heboh masyarakat. Kritikan deras mengalir pada pemerintah yang meloloskan begitu saja logo yang dianggap tak artistik dan tak mewakili Jogjakarta ini. Mengenai hal itu, Djoko kembali mengingatkan bahwa pentingnya sayembara untuk membandingkan desain antar logo.

“Kalau nggak dengan sayembara, penentuan branding harusnya diawali dengan pencarian logo grafis sebanyak-banyaknya sebagai bahan perbandingan,” pungkasnya.