Beringharjo Dulu Bernama Pasar Gedhe
Pasar Beringharjo menjadi salah satu tempat yang wajib didatangi oleh wisatawan. Beringharjo merupakan perpaduan dua pasar: tradisional dan modern dengan tawaran belanjanya sendiri. Selain berdiri sebagai wisata belanja, pasar yang terletak di jalan Malioboro ini juga merupakan salah satu tempat wisata sejarah di Jogjakarta.
Pasar yang terkenal dengan pusat konveksi batik ini memiliki sejarah yang panjang. Mulanya, pasar ini bernama Pasar Gedhe. Pasar ini dibangun oleh Nederlandcsh Indishe Beton Maatschappij di tahun 1920-an dan selesai pada September 1925. Adalah Sri Sultan Hamengkubuwono VIII yang menamainya dengan Pasar Gedhe.
Setahun setelah pembangunan selesai, banyak pedagang yang menempatinya. Tidak ada data sejarah yang resmi bagaimana proses masuknya pedagang tersebut. Namun, dilansir Teras Jogja, masuknya para pedagang tersebut sangat mudah. Belanda dan Keraton tidak mempersulit masuknya mereka. Banyaknya pedagang membikin pasar ini menjadi ramai dan besar. Perlahan, nama pasar gedhe menjadi populer di kalangan Belanda. Mereka, kaum Belanda elit, yang tinggal di sekitar pasar ini melabeli pasar ini sebagai Een der mooiste passers op Java, yang berarti pasar termegah di pulau Jawa.
Hal itu membikin pasar gedhe semakin terkenal. Tidak hanya di pulau Jawa, namun juga di Eropa. Pengunjungnya semakin ramai, khususnya orang-orang Belanda dari Eropa yang sengaja datang untuk membeli batik, lurik, kerajinan rakyat, hingga makanan tradisional.
Pasar Gedhe berganti nama menjadi Beringharjo setelah Sultan Hamengkubuwono IX naik tahta. Beringharjo sendiri merupakan gabungan dari dua kata ,”bering” yang artinya beringin dan “harjo” yang berarti indah, tentram, atau nyaman. Tidak jelas apa motif dibalik pengubahan nama tersebut. Namun, setelah Jepang keluar dari Jogja, pengubahan tersebut tidak berdampak pada keramaian Pasar Gedhe.