NBL Speedy Championship Series
Jebakan Betmen Antar ASPAC Kalahkan Pelita Jaya
ASPAC selalu punya momen untuk membalikkan keadaan dalam tiap laga. Di NBL Speedy Indonesia Championship Series, 6-14 Juni di GOR UNY Jogjakarta, dua pertandingan awal jadi buktinya. Ketika melawan Hantuah, Jumat (6/6) siang, ASPAC mendapat momen pembalik ketika Wahyu Jati memblock lay up Prasetyo Putro saat kedudukan 83-83 di tiga menit jelang berakhirnya Quarter empat.
Melanjutkan kompetisi Championship Series melawan Pelita Jaya, Minggu (8/6) malam, ASPAC mendapat momen serupa. Memasuki quarter empat, ASPAC tertinggal 65-58 dari Pelita Jaya. Rastafari, pelatih ASPAC mengubah total strategi. Defense yang awalnya zone menjadi man to man half court defense. Pola serangan high stack offense juga diubah menjadi 2-3 motion offense. Lima menit laga strategi ini berhasil mengubah keadaan. ASPAC memimpin untuk pertama kalinya selama laga dengan skor 69-75.
Satu menit kemudian ASPAC meminta time out dengan keunggulan 70-78. Rastafari mengembalikan pola serangan menjadi high stack defense. Pringgo Regowo ditempatkan sendirian dalam post sementara Prastawa, Xaverius, Ebrahim, dan Fandi Ramadhani di luar. Pola serangan ini kembali gagal mendulang poin karena Pringgo kerap kalah rebound dengan center Pelita Jaya, Indrawan. Sebaliknya, selama dua menit PJ mampu mengejar ketertinggalan menjadi 76-78.
1000 rebound Pringgo Regowo selama berkiprah di NBL menandai datangnya momen kemenangan ASPAC. Paska rebound Pringgo, Ebrahim dua kali mencuri bola dari Kely Purwanto dan memperlebar poin menjadi 78-85. Steals Ebrahim ini membuat mental para pemain PJ down, sama seperti halnya yang dilakukan Wahyu pada pemain Hangtuah. Andi Batam, Kelly Purwanto, Dimas Dewanto, dan Ary Chandra kerap melakukan foul ke pemain ASPAC di daerah pertahanan sendiri. Akbatnya ASPAC kerap mendapat freethrow, yang sebenarnya juga tidak bisa dimaksimalkan. Hingga akhir laga, dua freethrow Ramadhani dan Xaverius membawa ASPAC memenangi laga dengan skor akhir 88-83.
Jebakan Betmen Hampir Gagal
Usai laga, Rastafari Horongbala mengatakan bahwa kemenangan ASPAC didapat dari adu mental di lapangan. Selama tiga quarter, ASPAC kerap tertinggal dari PJ. Di quarter pertama 21-24. 39-45 di quarter kedua, dan 58-65 di quarter ketiga. Namun, momen di mana steals Ebrahim mengubah pertandingan.
“Siapapun pemainnya kalau kena dua kali steals sama orang yang sama mentalnya bakal down. Itu juga bakal memengaruhi tim,” katanya ketika dijumpai usai laga.
Rastafari juga menambahkan bahwa hal itu disengaja. Strateginya adalah menghabisi tenaga Andy Batam, Dimas Dewanto, dan Kelly Purwanto, trio bintang PJ sejak quarter pertama. Kelly maupun Andy selalu mendapat pressing dari sejumlah pemain ASPAC. Kelly dipressing Prastawa, Dimas jadi tugas Pringgo dan Mario Gerungan, dan Xaverius menjaga Andy Batam.
Strategi itu lumayan berhasil meski membuat gugup Rastafari. Andy Batam terkuras tenaganya lepas dari Xaverius.Namun tidak dengan Kelly dan Dimas. Keduanya kerap lepas dari pengawalan dan pressing dari pemain ASPAC dan langsung nge-drive ke dalam post pertahanan. Terlebih lagi di quarter tiga ketika PJ unggul tujuh poin dari ASPAC, 58-65. Pengorbanan tiga quarter akan jadi sia-sia jika Ebrahim tak bisa memanfaatkan steal.
“Dimas sama Kelly susah benar dipressing, Yang nge-press harus selalu bergerak mengikuti keduanya. Apalagi mereka sering nge-drive. Kalau dulu ada yang bisa nge-stop mereka, si Mario (Wuysang, CLS-Red). Andy lama-lama makin down juga. Syukur aja ada steals dari Ebrahim yang membuat tiap quarter nggak sia-sia,” pungkas Rastafari.
Sementara itu Andy Batam mengakui bahwa kekalahan ini dikarenakan second line mereka kurang kuat. Apalagi ketika tenaganya mulai terkuras. ASPAC ujarnya mencuri poin dari sana. “Second line kami kurang kuat untuk mengimbangi ASPAC,” pungkasnya.